Tak beberapa lama, kesunyian itu mulai berubah menjadi ketakutan. Aku mendengar suara tangisan yang entah berasal dari mana. Suara ketukan juga turut menghiasi malam. Bulu kudukku meremang, aku menutup diri dengan selimut tebal.
- Cermin Kutukan GrassmaryCermin Kutukan Grassmary
- @agussanjaya | Malam ini gadis itu mengundang air matanya ke dalam kamar. Dengan itu, ia mencoba berbicara pada Tuhannya meski sadar sembahyangnya berlubang.
- Meminjam Tongkat MusaMeminjam Tongkat Musa
- @naillasya | Sore tadi aku menyaksikan dua ekor domba sedang bersitegang. Aku mengenal mereka, keduanya merupakan sahabat sekaligus adik kakak beda bapak. Domba berbulu putih dengan lingkarang hitam di matanya itu bernama Loki dan domba yang berwarna hitam itu bernama Roy.
- Aku dan Domba domba yang TersesatAku dan Domba domba yang Tersesat
- @hilmanhar | Tangan malam ciptakan gurindam kelam Terlahir dari ranum buah masa silam Duka dan derita tercercah Tercipta ellipsism yang abstrak di kepala.
- SAJAK DOA PENYINTAS DUKASAJAK DOA PENYINTAS DUKA
- @egacharlluvi | Di dekat puing-puing gedung opera sekitaran kota Königsberg, yang telah berganti nama menjadi Kaliningrad aku menemukan dua botol minuman dan seorang pemabuk. Pemabuk itu nampak seperti orang keturunan semit-ortodoks. Ia mengenakan pakaian usang, sialnya botol-botol minuman yang ku damba itu telah kosong.
- Königsberg: Sisa sisa yang Tersisa (1946)Königsberg: Sisa sisa yang Tersisa (1946)
- @mochaldyma | Kusebut dia dengan nama Ladur. Ladur kecil yang lucu, ia adalah sebuah kado ulang tahun dari Tuhan yang dibawa oleh ayah dan ibu. Mereka bilang, Tuhan memberikan Ladur kepadaku dengan alasan bahwa seekor kucing adalah binatang kesayangan nabi. Aku tidak percaya sepenuhnya, yang aku tau kedua orangtuaku itu selalu antipati saat aku sedang sendirian di kamar; berbicara dengan jendela, berdebat dengan cermin, membanting semua pajangan keramik dan vas-vas bunga. Ayah dan Ibu tak pernah jujur kepadaku sampai saat ini.
- Kucingku Alergi DinginKucingku Alergi Dingin
- @sirpentoel | Tak ada peta yang mampu menundukkannya; ia memilih tersesat, karena di sana: dunia lebih jujur daripada rumah. Kota demi kota, ia hunuskan kesepian seperti pisau, menusuk malam yang asing, mendengar darahnya sendiri bergemuruh di antara klakson dan desir angin.
- Perempuan tanpa petaPerempuan tanpa peta
- @barelyalive | Disisi paling gelap semesta raya, dia duduk termenung, perempuan itu selalu merasa berada diwaktu yg salah, di waktu yg tidak semestinya. Hatinya membisikkan kata takdir tetapi pikirannya masih saja menolak mencerna kata itu. Sebab hidup adalah pergolakan batin yg tidak akan ada habisnya Pandangannya kosong menatap langit malam, asap putih menari nari seraya menghibur kedua mata yg sedang basah. - Asih, sebatang rokok, dan bulan sabit -
@eliaemma | Di antara lamunan dan keramaian kecil anak-anak di pengajian dan lantunan tahlil bapak-bapak Aku bersemayam merapalkan doa dengan mulut rapat-rapat dan dengan suara selirih tangis ibu-ibu di dapur: semoga layanan di puskesmas dan dinas sosial membaik, Polisi menembakkan cinta dan kasih sayang dan negara muncul di tiang-tiang bendera kuning dalam bentuk keadilan.
- Nafas Calon Mayat yang MelankolisNafas Calon Mayat yang Melankolis
- @zulfi | cinta ini biar sedikit adalah anggur yang manis lebih dari itu menjadi racun ini cinta bukan kehampaan atau ketenangan tak memandang apakah ia mengingat atau melupakan aku tak punya usaha, upaya, dan jauh dari 'iya' bila pada suatu kala kamu di hadapkan pada jengah ide-ide tentang bahagia beri aku sedikit lagi cahaya surgawi saat berbicara tentang sesuatu yang hilang kemuliaan dan kesegaran sebuah mimpi surga terletak di sekitar sejak kita masih bayi
- AmerAmer
- @tesahtp | Teleskop di ruang imaji dikerumuni debu, Aku menyapunya dengan tanganku yang mulai kaku, Planet ke-delapan yang diselimuti warna biru, membuatku tertegun akan rindu ~ Andai aku bisa mendahului Galileo dalam urusan menemukan, mungkin namaku yang melekat di dinding ingatan~ Padahal kepalaku tidak mengandung metana, tapi kenapa biru menguasainya?
- NeptunusNeptunus
- @dewikesuma | Mungkin saat ini, kau hadir menjelma ular Sedikit berbisa Mematuk ingatan Mengalir dalam aliran Melilit tangan dan kaki Penuh dengan jilatan mendesis ketika kau ingin menyeburkan bulan dalam kelopak matamu 'Aku tak bisa membunuhmu saat ini, mungkin besok dan aku hanya bisa membunuh waktu!', katamu. Suara ombak Iman kepada angin bersujud kepada ingin mendayung tak pernah sampai Kaki-kaki bergelantungan Di atas putaran jam Mendawai kisah-kisah tentang bunglon dan kuda yang meringkik kesakitan 'Lihatlah! mulut dan matamu berguguran seperti daun yang menguning!' Memelihara kenang memanglah seperti kuku yang di cat berulang kali Kau tak akan bisa memotong para monyet dan iblis pengembara itu. Meninggalkan jubah putih dan kalung manik-manik puisi bintang-bintang selalu saja mengedipkan matanya Dan terpelanting jauh di binar matamu.
- Iman Kepada AnginIman Kepada Angin
- @dandelion